Berhati-hatilah engkau agar jangan memusuhi ahli lâ ilâhâ illâ Allâh, kerana ia memiliki pertolongan yang umum dari Allah. Mereka adalah para wali Allah (1). Jika mereka melakukan kesalahan dan mendatangkan ke bumi ini kesalahan yang tidak menyebabkan mereka menyekutukan Allah sedikit pun, maka Allah menemui mereka dengan membawa ampunan(2). Barangsiapa yang telah ditetapkan pertolongan atas dirinya, maka ia tidak boleh diperangi. Barangsiapa memusuhi Allah, maka Allah pasti mengingatkan  balasannya di dunia dan di akhirat. Dan setiap orang yang tidak  Allah beritakan permusuhan kepadaNya, janganlah kau jadikan musuh. Setidaknya engkau tidak mengenalinya, maka biarkanlah urusannya(3). Jika terbukti ia adalah musuh Allah, yang sudah pasti  orang musyrik, maka berlepas dirilah darinya. Timbangan mu  ini adalah  dengan firman Allah SWT,

Kamu tidak akan mendapati suatu kaum yang beriman dengan Allah dan Hari Akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan RasulNya, sekalipun orang-orang itu adalah bapak-bapak mereka,”

– (Al-Mujadillah 57;22).

Ketika engkau tidak mengetahui hal itu, seeloknya janganlah memusuhi hamba-hamba Allah, dan jangan pula memusuhinya kerana apa yang diucapkannya(4). Engkau hanya boleh membenci perbuatannya, bukan dirinya. Sementara itu, yang dibenci dari musuh Allah adalah dirinya. Bezakanlah antara orang yang dibenci akan dirinya ya’ni musuh Allah, dan orang yang dibenci kerana amal perbuatannya iaitu orang mukmin, atau yang tidak engkau ketahui kesudahan orang non-muslim pada waktu itu(5). Berhati-hatilah dengan firman Allah dalam suatu hadis sohih, “ Barangsiapa yang memusuhi wali-Ku, maka pasti Aku isytiharkan perang atasnya.”. Jika ia tidak mengetahui perihal dirinya (wali) dan lantas memusuhinya, maka bererti  ia tidak memenuhi hak Allah dalam penciptaannya (wali). Sebab, ia tidak mengetahui ilmu Allah tentang dirinya (wali) dan Allah pun tidak menjelaskan kepadanya, sehingga ia berlepas diri darinya serta menjadikannya sebagai musuh. Jika ia mengetahui keadaaan lahiriah dirinya, sekalipun ia musuh Allah dan engkau tidak mengetahuinya, maka bersahabatlah dengannya untuk menegakkan hak Allah dan jangalah memusuhinya. Bergaulah dengan hamba-hamba Allah dengan penuh kasih sayang, sepertimana Allah jua memberikan rezeki kepada orang-orang kafir dan musyrik di antara mereka melalui pengetahuanNya.

Serahkanlah segala urusan kepada-Nya, dan ketahuilah bahawa engkau berada didalam apa yang telah ditetapkan olehNya. Tebarkanlah kasih sayangmu kepada seluruh hidupan dan makhluk. Janganlah kita menyangka bahawa hidupan lain tiada manfaatnya bahkan mereka itulah (hidupan lain) mempunyai banyak manfaat dan kebaikannya. Janganlah engkau pandang apa yang ada padanya pada waktu itu sampai jelas bagimu siapa orang-orang yang benar dan engkau ketahui siapa orang-orang yang berdusta. Maka ketika itu, pastikanlah pada dirimu untuk menjadikan mereka sebagai musuh perintah Allah bagimu, di mana  Allah telah mencegahmu dari mengambil musuh-Nya sebagai pemimpin. Jika keyakinan lemah memaksamu untuk berhubung dengan mereka, maka jauhilah mereka tanpa menaruh kecintaan sedikit pun kepada mereka. Tetapi, untuk menolak kejahatan yang berasal darimu secara damai, serahkanlah segala urusan kepada-Nya dan bergantunglah dalam setiap keadaan kepadaNya sampai engkau menemui-Nya.

  1. Mereka yang diberi pertolongan oleh Allah
  2. Konsep yang ditekan disini bukanlah kita selayaknya menghukum seseorang itu sesat dan kafir sehingga terkeluar dari agama selagi mana belum terbukti kesahihan beritanya. Penekanan tentang aspek penyujian jiwa dan pembersihan sifat-sifat yang tercela dalam diri adalah kunci utama untuk membentuk peribadi yang sentiasa membentuk mahabbah dalam masyarakat.
  3. Pembuktian keIslaman seseorang adalah berdasarkan penilaian ilmu dan bukannya andaian mahupun agakkan. Sungguhpun demikian, bukanlah hak kita untuk menentukan keimanan seseorang tapi ia adalah suatu langkah yang munasabah untuk menjauhkan diri kita dari belengu golongan-golongan yang sesat.
  4. Seelok-eloknya, serahkanlah segala urusan pada Allah SWT, dan sentiasalah berhusnul dzan dan berdoa agar kita dan mereka ditempatkan dalam golongan-golongan yang beramal soleh dan diterima disisi Allah.
  5. Sungguhpun sudah jelas perbuatan seseorang itu melanggar syariat Allah, bukanlah hak kita menafikan peranannya yang lain selaku hamba Allah di muka bumi ini. Kerana setiap yang dijadikan oleh Allah adalah suatu kejadian yang penuh dengan rahsianya yang tersendiri.

Rujukan;

Wasiat-wasiat Ibn ‘Arabi, yang diterjemah dari buku Al-Wâshâyâ li Ibn al-‘Arabi

Hazabe Al-Kelantani