martabat al-quran

Dalam mengharungi hidup dan kehidupan di dunia ini yang singkat, bagaikan perjalanan musafir yang sekadar singgah sebentar untuk minum air agar terlepas dari dahaga. Sesungguhnya Allah SWT telah banyak memberikan tuntunan.

Manusia dalam mensikapi tuntunan Allah SWT, bagaikan seorang pengguna biasa jalanraya. Seringkali, ada yang disiplin dapat membaca, memanfaatkan rambu-rambu jalan yang terpasang rapi, jelas dan kukuh. Tapi, ada juga manusia pengguna fasiliti jalan yang degil, bahkan cenderung dengan sengaja melanggarnya.

Firman Allah SWT dalam Al Qur’an  sedemikian jelas menggambarkan kondisi manusia yang berpaling dari Al Qur’an:

Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta. Berkatalah ia: Wahai Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah orang yang melihat. Allah berfirman: Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamu pun dilupakan. Dan demikian Kami membalas orang-orang yang melampaui batas dan tidak percaya kepada ayat-ayat Tuhannya. Dan sesungguhnya azab di akhirat itu lebih berat dan lebih kekal.

Surah Thaha ayat 125-127


Gambaran kehidupan yang sempit, tentu menakutkan, sebab, hampir rata-rata manusia berharap memperoleh hidup yang luas lagi penuh kemudahan. Yang perlu diketahui, mengapa keadaan demikian, apa sebabnya. Al Quran memberi gambaran, misalnya dalam Surah Al-Lail:

Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup (tidak memerlukan pertolongan Allah) serta mendustakan pahala yang terbaik, maka kelak kami akan menyiapkan baginya (jalan kehidupan) yang sukar.

Surah Al-Lail: ayat 8-10

Nampak bahawa kesempitan, kesulitan dan kepahitan hidup itu bukan datang dengan tiba-tiba. Bahkan bukan kerana kesewenang-wenangan Allah. Melainkan, itu diperoleh buah dari amal manusia sendiri yang bakhil, tidak memerlukan pertolongan Allah dan mendustakan pahala terbaik-Nya.

Di antara implikasi dari kesempitan hidup adalah ketika seseorang menghadapi cubaan, dia amat mudah berkeluh-kesah dan berputus asa. Allah menggambarkannya dalam Surah Al Isra’:

Dan ketika dia (manusia) ditimpa keburukan, adalah dia (bersikap) putus asa.

Surah Al-Isra’: ayat 83

Manusia dengan begitu mudah berputus asa, mempunyai kecenderungan untuk mengambil konklusi tergesa-gesa, misalnya, bunuh diri, sebab dia merasa seakan hidupnya sudah tidak ada harapan. Dia melupakan adanya Allah yang Maha Penolong, Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Gejala hidup dengan mengambil jalan pintas meskipun dengan melanggar aturan Allah termasuk bahagian dari hidup yang sempit.

Selanjutnya, implikasi yang lebih bahaya adalah hidup berpaling dari tuntunan Allah (Al Qur’an) sebab Allah memberi imbalan bagi pelakunya dikumpulkan di hari Kiamat dalam kondisi buta dan tiap berhadapan dengan siksa-Nya yang berat dan abadi.

Artikel ditulis dan disusun oleh: Kahfi